::ASSALAMUALAIKUM~PEACE BE UPON US :: AHLAN WASAHLAN:: SELAMAT DATANG

Sunday, May 27, 2012

Nak tegur..tapi

.. tak berani...~

Bismillahirahmanirahim..da tak taw nk letak tajuk ape...lukisan tak seberapa..moga ada manfaatnya..^_^ (sila klik pd gambar utk baca dgn lbih jelas)
tajuk diatas adalah ulangan post..kali ini,, topik yang sama..tapi perasaan saya cukup berbeza...
hari ini PTSL, sedang gigih nak siapkan tesis..oleh kerana tiada tempat, saya duduk bdekatan dgn  pasangan yang sedang menuntut ilmu bersama, tapi saya tak tahu  dimana keberkatannya bila maksiat bersama mereka..
Bila kawan-kawan buka topik kapel dan sebagainya, saya slalu buru-buru mahu pulang, saya rasa tempat saya bukan di situ,.. saya cuba positif, mungkin Allah letakkan saya disitu supaya saya buat sesuatu tapi tak ade ape-ape pon yang saya buat..saya hanya mampu tahan air mata.. sy tak dapat cakap apa-apa malah saya terdiam..kelu..kepala ligat memilih kata dan bahasa..tapi tak tahu kenapa semuanya tak keluar-keluar dari bibir ini. Sedar- sedar, saya sedang menyapu air mata sendiri..ketika itu mereka semua sudah melangkah pergi.
Setiap kali saya begini,  saya merasakan  saya adalah orang yang cukup dhaif dan kasihan=(
Saya selalu berbicara sendiri..”Cukuplah menangis dan buatlah sesuatu, sungguh tangisan itu tak mampu merubah apa-apa..”
Bila orang mngutuk hamba allah yang berbuat 'buruk’, saya selalu sedih dan malu dengan diri saya, sebab orang-orang  itu adalah rakan-rakan, ahli keluarga  yang terdekat dengan saya.. sungguh, demi ALLAH saya cukup  terasa.. siapa yg tidak terasa jika orang yang disayangi itu diper’kata’kan oleh orang lain..saya rasa saya cukup kenal mereka,, tetapi ‘perbuatan mereka yang satu itu sering saja buat saya seolah-olah langsung tidak ‘mengenali’ mereka.. saya ter’kilan’..ikut hati mahu sahaja men’jauh’kan diri..agar tidak ter’palit’ sama..
Bukan ‘salah’ mereka tapi ‘salah’ saya..sy ‘tahu’ tapi mereka ‘tak tahu’..sy ‘sedar’ tapi mereka ‘tak sedar’..kenapa bukan saya menyedarkan mereka?? Ahh,, alas an saya, TAK MAMPU, lemahnya iman saya...kerapkali dengan seribu satu alasan!..tak tahu Allah perlu beri ‘mukjizat’  apa pula pada saya agar saya ‘mampu’...
Mereka itu sebuah ‘kesedaran’ buat saya..Allah pilih mereka untuk diuji , bukan saya, sebab Allah tahu saya tak mampu.. bila melihat mereka, saya bermuhasabah diri, saya belajar dan mengambil iktibar dari mereka..
moga kalian diberi kekuatan utk  satu perubahan~saya sering doakan kalian..mungkin itu je yg saya mampu..

~luahan seseorang yang sedang kecewa dgn diri sendiri~ layakkah aku bergelar ‘pendakwah’?? ketika ini, masih saja mengelap air mata.. sedang keadaan diluar terus-terusan seperti itu..

Friday, May 25, 2012

~Ukhwah kita..dimana??~


Bismillahirahmanirrahim, syukran kepada sahabat-sahabat fssk atas usrah semalam, perkongsian tentang ukhuwwah islamiyyah yang begitu bermakna, cukup menyentuh dan terkesan kerana akhir-akhir ini kita seringkali menduga dan terduga, diuji dan teruji dengan ukhwah kita yang seringkali turun naik, ada masanya tinggi menggunung sampai ke langit, ada suatu ketika, seolah-olah terperosok jauh menyembah bumi~
Sungguh..kalian “adik beradik’ seringkali buatkan hati ini terusik dengan perkongsian ilmu, lontaran pandangan, luahan rasa, gelak tawa dan sebagainya membuatkan hati ini pasti akan merindu.. 3 tahun di fssk, sebuah medan tarbiyah buat hamba yang hina ini ditemani susuk-susuk kerdil ‘pejuang’ yang bergelut menegakkan kalimah ‘ISLAM’ dicelah-celah kesibukan manusia mengejar dunia, hanyut lantaran alpa..‘pejuang2’ ini kukira terasing di tengah ramai namun kekuatan ukhwah yang bertunjang aqidah ini membuatkan yang ‘sedikit’ itu terasa ‘banyak’. Keterasingan ini membuatkan kami saling mengharapkan bunga uhkwah yang sentiasa dibaja dan disiram itu kekal segar agar tidak layu, berguguran ditiup bayu ~
Yang patah tumbuh, yang hilang berganti…pada musim bunga ini, kita memetik kuntuman di jambangan yang indah, bila tiba musim luruh, kita berjalan dibawah dedaun kering yang berguguran, apabila musim panas tiba, kita nikmati ia se'hangat' ukhwah kita~ semuanya tidak kekal, namun ia pasti berganti ..Subhanallah, segalanya indah pada kaca mata positif dan optimis…
Terima kasih sahabat2 atas sebuah ukhuwwah yang membuatkan diri ini sentiasa kuat..ah!! saya tahu, perjuangan tak perlukan kenangan, namun kenangan itulah yang menjadi azimat dalam perjuangan..maaf kiranya selama kita bersahabat, ada antara kalian yg rasa terzalimi atau tersakiti, ada hak kalian yang tidak tertunai oleh diri.. sungguh! saya tidak sengaja..kalau ingin dituntut, tuntutlah sekarang, tidak mahu kita yang berukhuwwah didunia ini, bermusuh pula di akhirat kelak~lepas  saya 'pergi' , minta halalkan semuanya agar saya tenang~
Pelbagai lontaran dalam usrah semalam, dan...yang ini juga antara kisah sebuah ukhuwwah~moga kita sama2 ambil pengajaran ~(saja amik kisah ni…sebab suke bahasa dia..menyentuh^_^)
                                                   ....................................
“Akhi… ukhti… Izinkan aku cuti dari dakwah ini”
Jalanan ibukota masih saja ramai hingga larut malam ini, dengan kenderaan yang bertali arus, juga dengan kehidupan manusia-manusia malam yang seakan tidak akan pernah mati. Namun kini hatiku tak seramai jalanan di kota ini. Sunyi… Itulah yang sedang kurasakan. Bergelut dengan aktiviti dakwah yang menyita banyak perhatian, baik tenaga, harta, waktu dan sebagainya, seakan menempa diriku untuk terus belajar menjadi mujahid tangguh. Tapi kini, hatiku sedang dirundung kegalauan. Galau akan saudara-saudaraku dalam barisan dakwah yang katanya amanah, komitmen, bersungguh-sungguh namun seakan semua itu hanyalah teori-teori dalam pertemuan mingguan. Hanya dibahas, ditanya-jawabkan untuk kemudian disimpan dalam catatan kecil atau buku agenda yang sudah lusuh hingga hari kemudian mempertemukan mereka lagi, tanpa ada amal perbaikan yang lebih baik. Ya… mungkin itu yang ada dibenakku saat ini tentang su’udzhan-ku terhadap mereka, setelah seribu satu alasan untuk berhusnudzhan.
Kini kutermenung kembali akan hakikat dakwah ini. Sebenarnya apa yang kita cari dari dakwah? Dimanakah yang dinamakan konsep amal jama’i yang sering diceritakan indah? Apakah itu hanya pemanis cerita tentang dakwah belaka? Apakah ini yang disebut ukhuwah? Sering terlontarkannya kata-kata “afwan akh, ana  tak dapat bantu banyak…” atau sms yang berbunyi “afwan akh, ana tak dapat datang untuk syuro malam ini…” atau kata-kata berawalan “afwan akh…” lainnya dengan seribu satu alasan yang membuat seorang akh tidak bisa hadir untuk sekadar merencanakan strategi-strategi dakwah akan datang. Kalau memang seperti itu hakikat dakwah maka cukup sudah “Izinkan aku untuk cuti dari dakwah ini”, mungkin untuk seminggu, sebulan, setahun atau bahkan selamanya. Lebih baik aku konsenstrasi dengan studiku yang kini sedang berantakan, atau dengan impian-impianku yang belum terpenuhi, atau… dengan lebih memperhatikan ayah dan ibuku yang sudah semakin tua, tanpa aku pun dakwah tetap berjalan, bukan???

Sahabat-sahabatku… . Memang dalam dunia dakwah yang sedang kita lalui seperti sekarang ini, tidak jarang kita mengalami konflik atau permasalahan. Dari sekian permasalahan tersebut terkadang ada konflik-konflik yang timbul di kalangan aktivis dakwah sendiri. Pernah suatu ketika dalam aktiviti sebuah barisan dakwah, ada seorang ikhwan yang mengutarakan sakit hatinya terhadap saudaranya yang tidak amanah dengan tugas dan tanggungjawab dakwahnya. Di lain waktu, seorang akhwat “minta cuti” lantaran sakit hatinya terhadap akhwat lain yang sering kali dengan seenaknya berlagak layaknya seorang bos dalam berdakwah.
Pernah pula suatu waktu seorang kawan bercerita tentang seorang ikhwan yang terzalimi oleh saudara-saudaranya sesama aktivis dakwah. Sebuah kisah nyata yang tak pantas untuk terulang namun penuh hikmah untuk diceritakan agar menjadi pelajaran bagi kita. Ceritanya, di akhir masa kuliahnya sebut saja si X (ikhwan yang terzalimi) hanya mampu menyelesaikan studinya dalam waktu yang terlalu lama, enam tahun. Sedangkan di lain sisi, teman-temannya sesama (yang katanya) aktivis dakwah lulus dalam waktu empat tahun. Singkat cerita, ketika si X ditanya mengapa ia hanya mampu lulus dalam waktu enam tahun sedangkan teman-temannya lulus dalam waktu empat tahun? Apa yang ia jawab? Ia menjawab “Aku lulus dalam waktu enam tahun karena aku harus bolos kuliah untuk mengerjakan tugas-tugas dakwah yang seharusnya dikerjakan oleh saudara-saudaraku yang lulus dalam waktu empat tahun.”
Subhanallah… di satu sisi kita merasa bangga dengan si X, dengan kesanggupannya yang tinggi beliau rela untuk bolos dan mengulang mata kuliah demi terlaksananya roda dakwah agar terus berputar dengan mengakumulasikan tugas-tugas dakwah yang seharusnya dikerjakan teman-temannya. Namun di sisi lain kita pun merasa sedih… sedih dengan kader-kader dakwah (saudara-saudaranya Si X) yang dengan berbagai macam alasan duniawi rela meninggalkan tugas-tugas dakwah yang seharusnya mereka kerjakan.

Sahabat…. Semoga kisah tersebut tidak terulang kembali di masa kita dan masa setelah kita, cukuplah menjadi sebuah pelajaran berharga. Ya, setiap aktifis dakwah adalah manusia-manusia yang memiliki hati yang tentu saja berbeza-beza. Ada aktivis yang hatinya kuat dengan berbagai macam tingkah laku aktivis lain yang dihadapkan kepadanya. Tapi jangan pula kita lupa bahwa tidak sedikit sahabat yang tiada memiliki ketahanan tinggi dalam menghadapi tingkah polah sahabat lain yang kadang memang sarat dengan kekecewaan yang sering kali berbuah pada timbulnya sakit hati. Dan kesemuanya itu adalah sebuah kewajaran sekaligus realiti yang harus kita fahami  dan terima.

Namun apakah engkau tahu wahai sahabat-sahabatku? Tahukah engkau bahwa seringkali kita melupakan hal itu? Seringkali kita memukul rata perlakuan kita kepada sahabat-sahabat kita sesama aktivis dakwah, dengan diri kita sebagai parameternya. Begitu mudahnya kita melontarkan kata-kata “afwan”, “maaf” atau kata-kata manis lainnya atas kelalaian-kelalaian yang kita lakukan, tanpa diikuti dengan kesedaran bahwa sangat mungkin kelalaian yang kita lakukan itu ternyata menyakiti hati saudara kita. Dan bahkan sebagai pembenaran kita tambahkan alasan bahwa kita hanyalah manusia biasa yang juga dapat melakukan kekeliruan. Banyak orang bilang bahwa kata-kata “afwan”, “maaf” dan sebagainya akan sangat tak ada artinya dan akan sia-sia jika kita terus-menerus mengulangi kesalahan yang sama.

Wahai sahabat-sahabatku… memang benar bahwasanya aktivis dakwah hanyalah manusia biasa, bukan malaikat, sehingga tidak luput dari kelalaian, kesalahan dan lupa. Tapi di saat yang sama sadarkah kita bahwa kita sedang menghadapi susuk yang juga manusia biasa? bukan superman, bukan pula malaikat yang bisa menerima perlakuan seenaknya. Sepertinya adalah sikap yang naif ketika kesedaran bahwa aktifis dakwah hanyalah manusia biasa, hanya ditempelkan pada diri kita sendiri. Seharusnya kesadaran bahwa aktifis dakwah adalah manusia biasa itu kita tujukan juga pada saudara kita sesama aktivis dakwah, bukan cuma kepada kita sendiri. Dengan begitu kita tidak bisa dengan seenaknya berbuat sesuatu yang dapat mengecewakan, membuat sakit hati, yang bisa jadi merupakan sebuah kezaliman kepada saudara-saudara kita.

Sahabat…adalah bijaksana bila kita selalu menempatkan diri kita pada diri orang lain dalam melakukan sesuatu, bukan sebaliknya. misalnya kita terlambat atau tidak dapat datang dalam sebuah aktiviti dakwah atau melakukan kelalaian yang lain, bukan hanya kata “afwan” yang terlontar dan membenarkan bahwa kita manusia biasa yang bisa terlambat atau lalai yang kita tujukan untuk saudara kita. Tapi sebaliknya kita harus dapat merasakan bagaimana seandainya kita yang menunggu keterlambatan itu? Atau bagaimana rasanya berjuang sendirian tanpa ada bantuan dari saudara-saudara kita? Sehingga dikemudian hari kita tidak lagi menyakiti hati bahkan menzalimi saudara-saudara kita. Sehingga kata-kata “Akhi… ukhti… Izinkan aku cuti dari dakwah ini” tidak terlontar dari mulut saudara-saudara kita sesama aktivis dakwah.
Semoga…